Sabtu, 21 Januari 2017

Bukit Teletubies Garut

























Saat ini saya baru saja menyelesaikan masa-masa semester 5 daaaaaaaan it's time to holiday. Setelah berdebat sengit dengan beberapa sobat saya mengenai tempat liburan semester kali ini, akhirnya kami 5 perempuan nekat tapi rekat memutuskan untuk pergi ke Garut dengan rencana menjelajah pantai di daerah Pameungpeuk. 

Kami mahasiswa Universitas Padjadjaran kampus jatinangor, kala itu kami ber empat berangkat dari jatinangor menuju Garut menjemput kawan kami yang satu orang lagi ASGAR (Asli Garut). Rencana kami berangkat pada pukul 14.00 WIB maksimal pukul 15.00 WIB, tetapiiiii tetaplah Tuhan yang menentukan dan kami hanya berencana heeee, kami berangkat pukul 18.30 WIB kurang lebih. Dengan mengucapkan basmallah *eh ngucapin ga ya? lupaaa kami berempat berangkat. Bukan trip namanya jika perjalanan tanpa hambatan, yeaaaay hambatan perjalanan kami adalah salah satu motor kawan kami mengalami masalah sebut saja itu lampu sorot, yes lampu sorotnya redup. Padahaaal ini perjalanan malam salah satu komponen motor yang sangat menunjang perjalanan adalah lampu sorot tersebut. Alhasil saya dan rekan saya berjlan sangat pelan, tak apa lambat asal selamat begitu quotes pada saat itu menguatkan hati kami, heee. 
Jalan yang berkelok dan kanan kiri tak kulihat pohon cemara yang kulihat pohon-pohon besar nampah seperti hutan dengan pencahayaan yang kurang semakin menambah suasana yang aduhai menegangkan. Akhirnya kami sampai dipusat kota yang terang benderang, lampu dimana-mana rasanya seperti menemukan air ditengah tengah pasir di negeri timur tengah.
Karena masalah penerangan motor yang kurang kami tertinggal jauh dengan kawan kami di motor yang satu lagi. Berkomunikasilah kami melalui grup line akhirnya diputuskan bertemu di Mesjid Agung Garut. 
Ada yang patut diceritakan lagi nih di Mesjid Agung Garut, sembari menunggu aku dan kawanku, kawanku yang sampe duluan rencananya mau sholat isya duluan. kurang lebih kami sampai pukul 21.00 WIB, lampu mesjid sudah padam nampaknya memang sudah akan ditutup karena sudah malam, namun pak satpam yang berjaga masih mempersilahkan kami masuk. Kemudian saat kawan saya akan berwudhu ketika memasuki area toilet dan tempat wudhu angin yang berhembus beda, suasana nya beda, kedua kawan saya merasakan hal yang sama namun tak saling bicara hanya saling berbicara singkat dan saling mengalihkan perasaan aneh mereka. Kawanku yang satunya ingin ke toilen dan minta anter ke yang satunya lagi, ada dua ruangan kala itu, dan mereka tertuju pada satu ruangan yang terang namun mereka cepat-cepat mengalihkan pandangan. selesai berwudhu mereka kembali dengan berjalan sedikit terburu-buru dan semakin merasakan suasana yang mencekam........... sampai pada ujung pintu tempat wudhu mereka langsung berlari dan menjerit karena mendengar bisikan yang tidak karuan. 
Saya dan kawan saya sampai di Mesjid Agung Garut dan mendengar jeritan 2  kawan saya. Saya langsung bertanya ada apa tapi kedua kawan saya hanya tertawa mengalihkan perasaan yang aneh dan enggan menceritakan yang terjadi. 
Sesampainya kami di rumah kawan kami yang ASGAR, barulah kawan kami yang tadi mau menceritakan semuanya, dan menurut kawan kami yang ASGAR ruangan yang terang itu tempat menyimpan keranda mayat.Oke itu kisah kedua yang menemani perjalanan kami. 

Besok nya kami 5 perempuan dengan 3 motor matic berangkat ke Pameungpeuk pukul 08.00 dengan lama perjalanan kurang lebih 5 jam dari Garut kota. Setelah berjelajah ke 2 pantai, sebagai penghujung perjalanan kami hari itu, rencananya kami akan berkemah di bukit Teletabies yang berada di area Pantai Sayang Heulang Pantai yang berada di Desa Mancagahar Kec. Pameungpeuk Kabupaten Garut.

Dari atas bukit saya bisa melihat birunya pantai, dan hijaunya pepohonan yang mengelilingi bukit. Indah. Sungguh pemandangan yang mengenyangkan mata lapar. di bagian selatan dan timur sedikit ke utara bukit dikelilingi laut, dan bagian barat sedikit ke utara itu saya melihat hijaunya pepohonan entah itu kebun dan gunung-gunung.

Karena hari semakin sore, kami segera membangun tenda dan membuat perapian. namuuuuuuuun semakin larut semakin banyak semut terbang yang menghampiri kami. tak hanya sekedar terbang, semut itu menyapa kami dengan gigitan. Bukan 1 atau 2 semut, tapi mungkin beberapa keluarga semut. saat membuat perapian, mungkin memang kami tak handal, juga kendala angin yang besar, api pun tak kunjung nyala. sudah buyar konsentrasi kami ditambah hanya kami yang berkemah diatas bukit, gelap dingin banyak semut terbang. baiklaaaaah dengan berat hati kami memutuskan untuk menginap di rumah saudara salah satu satu kawan saya yang ASGAR. dibongkarlah 2 tenda yang sudah berdiri, calon perapian yang akan kami buat ditinggalkan bersama semut semut terbang tadi. Akhirnya kami turun bukit. Jadi buat kalian yang berencana atau baru berniat nge-camp di bukit teletubies Garut, tidak direkomendasikan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar